Minggu, 05 Juli 2015

MINTA DIBELIKAN MAINAN BARU


Yah,seperti kita ketahui lebaran semakin dekat saja. Tidak seperti kebanyakan orang yang bisa membeli baju baru,makanan yang enak atau sesuatu yang diinginkan. Pak Naimin beserta keluarga hanya berharap bisa berkumpul lagi nanti dihari lebaran yang suci. Pak Naimin bukan keluarga yang kaya raya mereka hanyalah keluarga pemulung yang setiap harinya menghabiskan waktu untuk mengumpulkan barang-barang bekas. Pak Naimin mempunyai 3 orang anak dan seorang istri yang mengidap penyakit sroke ringan dan hanya bisa membantu sekedarnya.


Anak sulung Pak Naimin yang bernama Ani merupakan sosok anak perempuan yang sabar dalam menjalani kehidupan ini. Dia tidak mengeluh walaupun hidup dalam keluarga miskin. Ani masih bersekolah, tepatnya kelas 11 SMA. Ani memiliki adik yang bernama Andi dan Rika. Andi masih duduk dikelas 7 SMP, sedangkan adiknya si Rika masih kelas 3 SD. Rika memang agak manja, namun semua orang sayang padanya terutama Pak Naimin.


Dulunya,Pak Naimin sempat bekerja di slaha satu perusahaan swasta di Bandar Lampung, namun pada saat Reformasi tahun 1998 dia termasuk salah satu orang yang mendapat PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja) diperusahaan tersebut. Makanya dia hanya bisa jadi pemulung saat ini. Diusianya yang sudah renta saat ini, atau lebih tepatnya 58 tahun. Pak Naimin tidak pernah berputus asa.
Bahkan menjelang hari lebaran ini dia lebih giat mencari barang bekas yang berguna untuk dijual lagi ke pengepul barang bekas. Bahkan saat sahurpun dia tidak makan sahur bersama keluarganya dikarenakan dia sudah berangkat dari jam 1 malam. Banyak keinginan anaknya dalam menyambut hari lebaran nanti seperti andi yang meminta dibelikan baju koko baru untuk lebaran karena baju koko yang dibelikan 2 tahun lalu sudah robek bagian punggunggnya. Dan Rika yang minta dibelikan mainan boneka Masha & The Bear seperti teman-teman sekolahnya yang rata-rata adalah orang mampu dan harganya pun agak diatas rata-rata.


Bukannya Pak Naimin ingin memanjakan anak bungsunya itu. Namun belum saatnya menjelaskan secara gamblang keadaan ekonomi keluarga mereka saat ini. Perlu waktu perlahan-lahan untuk menjelaskan kepada anak sekecil itu. Walaupun hidup dalam kelurga yang tidak mampu, keluarga Pak Naimin tidak pernah berputus asa dalam bersyukur. Mereka selalu melaksanakan ibadah sholat 5 waktu dan tadarusan disaat ada waktu luang.


Setiap hari Pak Naimin berusaha keras untuk mewujudkan keinginan anaknya tersebut. Sampai suatu hari setelah menyetorkan barang bekas kepada pengepul, uang yang harusnya diterima Pak Naimin dirampas oleh sekelompok preman. Pak Naimin sudah memelas agar jangan diambil uang itu. Namun apa daya, karena lemah tubuhnya dan sudah renta mau tak mau uang itu harus dia relakan.
Sampai dirumah Pak Naimin menceritakan kejadian yang dia alami dijalan tadi. Semua menangis dan memeluk Pak Naimin, kecuali Andi. Andi bergegas keluar dan mencari preman-preman itu. Memang Andi memiliki watak ytang keras dan idealis. Dia merasa bahwa itu bukan hak meraka dan mereka harus mengembalikan uang itu, pikir Andi. Namun kemanapun ia mencari tak ditemukan juga preman-preman itu. Dan Andi berjanji membantu bapaknya lebih giat lagi.
Kesedihan tidak sampai disitu, setelah kehilangan sejumlah uang tersebut keluarga Pak Naiimin pun lebih kekurangan lagi saat makan. Tadinya Ani masih bisa belanja makanan yang cukup, sekarang ia hanya bisa membeli sebungkus tahu kuning hasil dia membantu dipasar tempat tetangganya yang berjualan disana. Andi pun ikut mengumpulkan barang-barang bekas namun beda tempat dengan Pak Naimin. Andi juga kadang membantu mengangkat barang dangan dipasar. Semua itu semata-mata untuk membantu penambahan biaya sekolah mereka masing-masing dan adiknya yang bungsu.


Disuatu kesempatan, saat Pak Naimin sedang melaksanakan sholat dzuhur dimasjid dan melanjutkannya dengan tadarus sebentar dia bertemu dengan seorang yang kaya raya namun bingung dengan kehidupan. Pak Naimin menceritakan kehidupannya yang serba sulit namun tidak mengeluh. “Mengapa bapak merasa tidak nyaman didunia,padahal harta bapak banyak.”,tanya Pak Naimin. Orang kaya itu pun menjawab,”Saya sudah bingung, walaupun saya bisa membeli apun saat ini tapi saya tidak bisa membeli kebahagiaan.”
Pak Naimin pun menjawab dengan sekedarnya,”Apakah bapak sering bersedekah?”
“Apa itu bersedekah?”,tanya orang kaya itu.
“Bersedekah adalah membeli kebahagiaan itu Pak,”Jawab Pak Naimin.


Orang kaya itu berfikir sejenak mencerna omongan Pak Naimin. Sampai ia benar-benar tak mengerti apa maksud ucapan Pak Naimin tersebut. Lalu iya bertanya,”Maksudnya? Bisa bapak jelaskan dengan rinci ucapan bapak tersebut?”
Lalu pak Naimin pun menjelaskan makna sedekah itu sampai-sampai orang kaya yang tidak menyebutkan namanya itu menangis tersedu-sedu. Ia merasa sangat jauh dari Allah.SWT sampai melupakan fakir miskin, dan anak yatim yang terlantar. Setelah keluar dari masjid itu, Pak Naimin pun melanjutkan tugasnya sebagai pemulung.


Sampai saatnya pulang dia hanya mendapati sepiring tahu dimeja.
Pak Naimin berfikir, mungkin ini karena kecerobohanku kemarin hingga tak bisa membelikan mereka makanan yang cukup.
Lebaran tinggal beberapa hari lagi, namun keluarga Pak Naimin belom juga bisa membeli barang-barang keperluan lebaran. Sampai Rika akhirnya meminta,”Pak kapana Rika dibelikan boneka dan baju baru?” Pak Naimin pun menjawab,”Sabar ya nak,bapak belum ada duit.” Mendengar ucapan bapaknya tersebut Rika hanya bisa menangis. Dan Ani pun marah terhadap Rika,”Kamu ya,gak tau bapak capek malah diminta yang macem-macem”. “Sudah-sudah jangan seperti itu, nanti bapak belikan.”

Tak disangka-sangka suatu sore yang ceria, diketuklah pintu rumah Pak Naimin. Ternyata hadirlah sosok orang kaya yang pernah bertemu dengannya dimasjid kala itu. “Pak Naimin?”,Tanya orang itu.
“Iya pak, bapak yang waktu itu ya?”
“Iya pak, bapak benar.”,jawab orang itu.
“Ada apa ya pak datang kesini”,tanya Pak Naimin bingung.
“saya kesini dengan tujuan membeli kebahagiaan didunia seperti yang bapak ajarkan saat itu.”
Sekarang gantian Pak Naimin yang meneteskan air mata.
Orang kaya itu memberikan uang sebesar Rp 10.000.000 kepada Pak Naimin.
Pak Naimin pun menerima dengan air mata yang terus menetes dan semua anak-anaknya mencium tangan orang kaya itu. Akhirnya keinginan keluarga Pak Naimin bisa terwujud.
Mereka bersyukur masih ada orang kaya yang mau bersedekah terhadap sesama.
Dan orang kaya itupun bersyukur masih ada orang mau mengingatkan hal baik padanya.
SELESAI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar